Buriram United Raih Gelar Keempat Beruntun, Pratama Arhan Gagal Jadi Juara Hanya Karena Ini…
Musim Liga Thailand 2024/2025 berakhir dengan cerita dramatis. Buriram United kembali tampil sebagai juara, menutup kompetisi dengan kemenangan telak 7-0 atas Nongbua Pitchaya. Namun, bukan hanya soal siapa yang menang. Musim ini adalah tentang jarak—selisih satu poin—yang mengguncang harapan dan menciptakan ruang untuk renungan.
Buriram di Puncak, Tapi Hanya Sedikit yang Bicara tentang Keajaiban Bangkok United
Buriram United mengoleksi 70 poin dari 30 pertandingan. Mereka dominan, konsisten, dan penuh taji di laga terakhir. Tapi, di balik selebrasi itu, ada cerita lain yang nyaris mencuri panggung. Bangkok United—yang diperkuat pemain muda Indonesia, Pratama Arhan—hanya tertinggal satu angka. Satu poin yang memisahkan mimpi dari kenyataan. Sebuah celah kecil, tapi cukup untuk menggagalkan segalanya.
Meski menang 4-2 atas Prachuap di laga pamungkas, hasil itu tetap tak cukup. Arhan dan rekan-rekannya harus puas sebagai runner-up. Sekilas seperti kegagalan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, ini adalah salah satu musim terbaik mereka.
AFC Champions League Menanti, Tapi Luka Tak Mudah Hilang
Dengan posisi kedua, Bangkok United tetap berhak melaju ke fase grup AFC Champions League 2 musim depan. Ini akan menjadi musim kedua berturut-turut mereka tampil di ajang tersebut, setelah musim ini harus tersingkir di babak 16 besar oleh Sydney FC.
Kekalahan itu menyakitkan. Bukan hanya karena mereka gagal melaju lebih jauh, tapi karena Sydney diperkuat nama besar: Douglas Costa, eks Bayern Munchen dan Juventus. Tidak banyak klub Asia Tenggara yang bisa bicara banyak ketika menghadapi pemain sekelas itu.
Asnawi Menjaga Asa, Meshaal Menelan Pahitnya Degradasi
Musim ini, bukan hanya Arhan yang jadi sorotan dari Indonesia. Asnawi Mangkualam, yang membela Port FC, juga mencatat pencapaian lumayan. Timnya finis di posisi kelima dengan 48 poin. Sayangnya, ini menandai penurunan dari musim lalu, saat mereka menempati peringkat ketiga.
Namun cerita paling getir datang dari Meshaal Hamzah. Dipinjamkan Persija Jakarta ke Nakhon Pathom United pada paruh musim, ia hanya sempat tampil sekali. Sisanya adalah perjuangan dari pinggir lapangan yang tak berbuah apa-apa—selain rasa kecewa dan kenyataan pahit bahwa klubnya terdegradasi.
Nakhon Pathom menutup musim di peringkat ke-15 dari 16 tim. Tak ada yang bisa diselamatkan. Tak ada momen terakhir yang heroik. Hanya angka dan klasemen yang berbicara.
Satu Poin yang Mengubah Segalanya
Cerita musim ini di Thai League bukan hanya tentang siapa yang jadi juara. Ini tentang peluang yang nyaris tergenggam, usaha yang luar biasa, dan kenyataan pahit yang tak bisa dielakkan. Tentang bagaimana satu poin bisa mengubah sejarah, dan bagaimana satu pertandingan bisa menentukan arah karier.
Bagi Buriram, ini gelar keempat beruntun. Tapi bagi pemain-pemain muda Indonesia di sana, musim ini adalah pelajaran—bahwa sepak bola di luar negeri bukan sekadar tantangan, tapi ujian mental yang sesungguhnya.
Thai League musim ini berakhir, tapi cerita para pemain Indonesia di sana baru saja dimulai…(MAS)